Sudah tak asing lagi dengan kata terbentur dan terbentuk, lantas apa maksud dari “Terbentur Terbentur Terbentuk”?. Dalam diskusi kali ini pemantik (Abdul Aziz) terinspirasi dari salah satu tokoh kemerdekaan yaitu Tan Malaka. Suasana santai namun mendukung para pendengar untuk berpikir terkait substansi dari kata tersebut. Ahmad Ulin Wiyananta, selaku moderator tentunya menyelaraskan jalan diskusi kali ini. Menjadi suatu hal menarik ketika melakukan diskusi pada hari libur tepatnya pada Minggu, 23 Juli 2023 dan tentunya di tempat yang menjadi idola mahasiswa apalagi kalau bukan café. Café Papringan tepatnya.
Dalam tema yang dimaksud pemantik tidak lain adalah peristiwa yang benar-benar terjadi dalam suatu kehidupan. Terbentur menjadi hal yang lumrah dalam kehidupan, namun terkadang banyak yang gagal memahaminya. Terkadang seseorang terbentur dengan suatu tantangan yang dihadapinya. Namun dengan terbentur tidak selayaknya berhenti atau menyerah, hal itu diajarakan oleh Tan Malaka. Pada hakikatnya fungsi benturan merupakan penguat kita dalam menghadapi suatu rintangan. Bahkan ada yang mengatakan bahwa terbentur merupakan batu loncatan sebelum kita terbentuk.
Dengan begitu ada beberapa langkah yang dapat dijadikan manfaat dari pengalaman terbentur untuk mendorong pertumbuhan individu. Pertama, menerima tantangan dalam segala hal. Kedua, dari tantangan yang ada maka kita harus mengevaluasi dan belajar. Ketiga, harus tetap positif dalam menerima tantangan yang sedang terjadi. Keempat, menggunakan dukungan sosial dalam menghadapi tantangan. Kelima, menetapkan tujuan baru. Dan yang terakhir yaitu melatih ketekunan.
Yang tak kalah penting dalam menghadapi tantangan tidak lain adalah mencari dukungan dari orang sekitar yang dimulai dari lingkup terkecil yaitu orang tua atau keluarga. Apakah hanya kepada orang tua dan keluarga saja? Tentunya tidak. Teman juga menjadi sosok yang akan mendukung kita dalam menghadapi tantangan yang ada. Hakikatnya manusia merupakan makhluk yang ketergantungan dan tidak akan berdikari tanpa adanya campur tangan orang lain. maka muncul sebuah istilah orang sukses pasti membutuhkan dukungan sosial dan guru spiritual.
Faktanya tidak semua orang memiliki support system dari orang lain. Lantas bagaimana dalam menghadapi kegagalan tanpa adanya support system dari orang lain?. Tidak perlu khawatir, langkah awal yang harus dilakukan yakni mengenali rasa takut dan ketidaknyamanan yang muncul. Selanjutnya mengubah pola pikir negatif menjadi pola pikir yang positif. Yang tak kalah penting, dalam menghadapi suatu kegagalan atau permasalahan maka harus memikirkan solusi yang baik atas hal itu. Dengan terpikirkannya solusi maka harus menetapkan tujuan selanjutnya dan memberikan motivasi yang kuat terhadap diri kita.
Hakikatnya permasalahan, kegagalan, dan benturan yang ada dalam kehidupan kita tidak lain memberikan suatu kemajuan bagi seseorang yang mampu memahaminya. Dalam artian jika seseorang mampu berpikir dan mendapatkan solusi dari suatu permasalahan yang ada, sehingga secara tidak langsung orang tersebut telah mengalami kemajuan. Lantas, bagaimana cara kita meyakinkan kepada orang disekitar kita bahwa rasa terbentur saat ini dapat menjadikan seseorang menjadi terbentuk pada suatu hari?. Tak perlu bingung dan khawatir, kita bisa melakukannya dengan cara memberikan dukungan pada orang yang bersangkutan, mengajarkan hal-hal yang baik dan positif seperti memantik pemikiran yang bersangkutan untuk selalu menggunakan nalar yang sehat ketika menghadapi problematika kehidupan, kemudian yang terakhir kita harus bersedia menjadi tempat bercerita atau tempat mengadu terkait permasalahan yang dihadapinya.
Notulis : Fatimatus Zahro
Editing : Imroatul Karimah & Ravi Achika